Soko Bola

'Bubuk' di Piala Presiden 2025, Persib Mau Impor Pemain Lagi? Maung Bandung Bukan Etalase Pemain Asing

Persib Bandung berencana menambah satu pemain asing baru usai hasil buruk di Piala Presiden 2025. Apakah ini jadi solusi atau sekadar tambal sulam skuad?

By Cikal Sundana  | Sokoguru.Id
12 Juli 2025
<p>Transfer pemain asing Persib kembali mencuat usai tersingkir di Piala Presiden 2025. Ini strategi Maung Bandung jelang Liga 1 dan AFC Champions League.</p>

Transfer pemain asing Persib kembali mencuat usai tersingkir di Piala Presiden 2025. Ini strategi Maung Bandung jelang Liga 1 dan AFC Champions League.

SOKOGURU, BANDUNG - Setelah penampilan mengecewakan di ajang Piala Presiden 2025, Persib Bandung kini dikabarkan tengah bersiap menambah amunisi baru—bukan dari akademi, tapi dari luar negeri. 

Ya, satu lagi pemain asing bakal didatangkan ke skuad Maung Bandung. Langkah ini disebut sebagai upaya memperkuat kedalaman tim menjelang dua kompetisi besar, Liga 1 dan AFC Champions League 2. 

Tapi publik bertanya-tanya, ini solusi jangka panjang atau sekadar plester atas luka yang belum sembuh?

Informasi ini pertama kali mencuat melalui akun Instagam @liga_dagelann yang menuliskan, “Bursa Transfer. Pergerakan Persib di bursa transfer akan terus berlanjut, mereka berencana menambah pemain asing untuk memperkuat tim. Kemungkinan asing yang masuk 1 pemain.” 

Sebuah kabar yang menggoda, namun belum tentu menjawab pertanyaan utama: mengapa kekalahan demi kekalahan tetap datang meski sudah banyak ‘pemain asing’ yang mondar-mandir?

Hingga kini, Persib telah mengantongi delapan pemain asing dalam daftar skuadnya. 

Komposisinya cukup merata: satu penjaga gawang, dua bek, dua gelandang, dan tiga penyerang. 

Namun, belum ada keterangan pasti dari manajemen terkait posisi strategis yang akan diisi oleh pemain asing ke-9 ini. 

Jika menilik kebutuhan, tampaknya sektor gelandang bakal kembali menjadi target belanja—karena menguasai lini tengah berarti mengendalikan permainan, bukan sekadar menonton bola bergulir.

Adhitia Putra Herawan, Deputy CEO PT Persib Bandung Bermartabat, menyampaikan bahwa keputusan ini belum final. 

Ia menegaskan bahwa pihak klub bersama tim pelatih masih terus melakukan evaluasi teknis secara menyeluruh. 

“Kami masih terus berdiskusi dan mengevaluasi bersama tim pelatih, sejauh mana kebutuhan tim terhadap opsi penambahan tiga pemain asing sesuai dengan regulasi baru ini...,” ungkapnya.

Lebih jauh, Adhitia menambahkan bahwa pendekatan yang digunakan Persib tidak sekadar mengikuti regulasi atau tren belanja pemain. 

Ia menyebut bahwa kontribusi nyata terhadap performa tim menjadi indikator utama. 

“Kehadiran pemain asing yang berkualitas tentu akan meningkatkan daya saing internal dan memperkaya pengalaman skuad...,” tambahnya. 

Pernyataan yang terdengar apik, meski hasil di lapangan masih belum seindah teori.

Yang menjadi ganjalan, kehadiran delapan pemain asing ternyata belum mampu membawa perubahan signifikan. 

Di ajang Piala Presiden 2025, Persib justru menunjukkan performa yang di bawah standar. 

Bertanding di kandang sendiri, mereka hanya mampu meraih satu hasil imbang dan satu kekalahan. 

Ironisnya, lawan yang ditahan imbang—Dewa United—bahkan bermain dengan 10 orang sejak awal babak pertama.

Dalam laga pembuka, Persib dipermalukan Port FC Thailand dengan skor 0-2. 

Kekalahan yang menyakitkan bukan karena skornya, tetapi karena mereka kalah tanpa perlawanan berarti di depan ribuan bobotoh yang berharap banyak. 

Sementara hasil imbang 1-1 kontra Dewa United pun terasa hambar. Persib gagal memanfaatkan keunggulan jumlah pemain selama hampir satu pertandingan penuh.

Akhir dari kisah ini? Persib harus puas menjadi juru kunci grup A. Port FC justru melaju ke final dengan percaya diri. 

Sementara itu, manajemen Maung Bandung masih sibuk merumuskan strategi baru—entah itu strategi teknis atau strategi meredam kritik. 

Pertanyaannya, apakah mendatangkan satu pemain asing lagi akan menyelesaikan masalah sistemik yang lebih dalam?

Di tengah kekalahan ini, publik berharap evaluasi yang dilakukan bukan sekadar kosmetik. 

Harapan akan tim yang solid tak bisa terus bergantung pada pemain asing, apalagi jika hasilnya nihil. 

Persib perlu memantapkan arah—apakah ingin jadi tim kompetitif berbasis pembinaan lokal atau hanya jadi etalase bagi pemain asing bergaji tinggi? (*)